Kisah Inspiratif: Pria Shalih Ini Alami Tiga Penyesalan Saat Sakaratul Maut



Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar, sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan solat dengan baju yang lebih bagus.

Dalam perjalanan ke tengah masjid dia menemukan seseorang yang terbaring kedinginan dalam kondisi yang mengenaskan.

Sya’ban RA pun iba , lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama – sama ke masjid melakukan sholat berjamaah.

Orang itupun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah.

Sya’ban RA pun kemudian melihat indahnya sorga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.

Kemudian dia berteriak lagi :

“ Aduuuh kenapa tidak yang baru……. “

Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban RA.

Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.

Berikutnya Sya’ban RA melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. 

Bagi yang pernah ke tanah suci sudah tentu mengetahui sebesar apa ukuran roti arab (sekitar 3 kali ukuran rata-rata roti Indonesia)

Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan.

Melihat hal tersebut , Sya’ban RA merasa iba . Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua.

Kemudian mereka makan bersama – sama roti itu yang sebelumnya dicelupkan susu , dengan porsi yang sama…

Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian memperlihatkan ….
ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan sorga yang indah.

Demi melihat itu diapun berteriak lagi:

“ Aduuuh kenapa tidak semua……”

Sya’ban RA kembali menyesal . 

Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat sorga yang lebih indah





Maasyaa Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesali mengapa tidak optimal.

Sesungguhnya semua kita nanti pada saat sakratul maut akan menyesal tentu dengan kadar yang berbeda, bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas. 

Konsekwensi dari semua perbuatannya di dunia.

Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah. 

Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat diakhirkan

Sering sekali kita mendengar ungkapan – ungkapan berikut :

“ Sholat Isya berjamaah pahalanya sama dengan sholat separuh malam”

“ Sholat Subuh berjamaah pahalanya sama dengan sholat sepanjang malam”

“ Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari pada dunia dan isinya”

Namun lihatlah Masjid tetap saja lengang dan terasa longgar.

Seolah kita tidak percaya kepada janji Allah Subhanahu wa Ta'ala .

Mengapa demikian? Karena apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta'ala itu tidak terlihat oleh mata kita pada situasi normal. 

Mata kita tertutupi oleh suatu hijab.

Karena tidak terlihat, maka yang berperan adalah iman dan keyakinan bahwa janji Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak pernah meleset.

Allah Subhanahu wa Ta'ala akan membuka hijab itu pada saatnya. Saat ketika nafas sudah sampai di tenggorokan.

Sya’ban RA telah menginspirasi kita bagaimana seharusnya menyikapi janji Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut.

Namun ternyata dia tetap menyesal sebagaimana halnya kitapun juga akan menyesal.

Namun penyesalannya bukanlah sia – sia. 

Penyesalannya karena tidak melakukan kebaikan dengan optimal…..

Mudah-mudahan kisah singkat ini bermanfaat bagi kita semua dalam mengarungi sisa waktu yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita.

Dan mari kita berdo’a semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi kita kekuatan untuk melakukan sebaik, bahkan lebih baik dari pada apa yang dilakukan oleh Sya’ban RA.

 Aamiin. 


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==